6/7.6KEMISKINAN
DI INDONESIA
Di
Indonesia, kemiskinan merupakan salah satu masalah besar. Terutama meliahat
kenyataan bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin di tanah air berdasarkan
garis kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan
ekonomi dalam kurun waktu sejak Pelita I hingga 1997 (sebelum krisis eknomi).
Berdasarkan fakta ini selalu muncul pertanyaan, apakah memang laju pertumbuhan yang tinggi dapat mengurangi
tingkat kemiskinan atau apakahmemang terdapat suatu korelasi negatif yang
signifikan antara tingkat pertumbuhan dan presentase jumlah penduduk di bawah
garis kemiskinan?
Kalau
dilihat data dari Asia dalam studinya Dealolikar dkk. (2002), kelihatannya
memang ada perbedaan dalam presentase perubahan kemiskinan antara kelompok
negara dengan laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kelompok negara dengan
pertumbuhan yang rendah. Seperti China selama tahun 1994-1996 pertumbuhan PDB
riil rata-rata per tahun 10,5%, tingkat penurunan kemiskinan per kapita selama
periode tersebut sekitar 15,5%, yakni dari 8,4% ke 6,0% dari jumlah
populasinya. Sedangkan, misalnya Bangladesh dengan pertumbuhan ekonomi
rata-rata per tahun hanya 3,1% selama 1992-1996, tingkat penurunan
kemiskinannya per kapita hanya 2,5%. Ada sejumlah negara, termasuk Indonesia,
yang jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah walaupun
ekonominya tumbuh positif.
Seperti
telah dibahas sebelumnya, banyak studi empiris yang memang membuktikan adanya
suatu relasi trade off yang kuat antara laju pertumbuhan pendapatan dan tingkat
kemiskinan, namun hubungan negatif tersebut tidak sistematis. Namun, dari
beberapa studi empiris yang pernah dilakukan, pendekatan yang digunakan
berbeda-beda dan batas kemiskinan yang dipakai beragam pula, sehingga hasil atau
gambaran mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan
juga berbeda.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar